Sabtu, 13 November 2021

𝗠𝗘𝗡𝗖𝗘𝗥𝗜𝗧𝗔𝗞𝗔𝗡 𝗠𝗔𝗞𝗔𝗠 𝗪𝗔𝗟𝗜𝗬𝗨𝗟𝗟𝗔𝗛 𝗜𝗧𝗨 𝗣𝗘𝗡𝗧𝗜𝗡𝗚 𝗗𝗔𝗡 𝗣𝗘𝗥𝗟𝗨

“Makam ini orang Sholeh. Kalau bisa, ya dirawat,” tutur Romo KH. Abu Bakar kepada kami, tepat di depan makam Mbah Kalbakal untuk pertama kalinya pada bulan Maret di tahun 2011. Saat itu makam belum dibangun. Setelah itu, pertengahan Juli 2011 makam mulai dibangun dan rampung pengerjaannya di bulan Oktober 2011.







Romo KH. Abu Bakar adalah sosok kiai yang gemar berziarah dan riyadhoh di makam para Auliya'. Beliau tergolong kiai sepuh yang malang melintang di dunia permakaman. Karena itulah tak heran jika nama beliau cukup masyhur di kalangan pecinta makam. Namanya juga termaktub dalam prasasti pengukuhan Makam Maulana Ishak (ayah Sunan Giri) yang berada di Kemantren, Paciran, Lamongan.
Sebagaimana penuturan beliau kepada kami, di masa mudanya, kiai asal Jatirogo, Tuban, tersebut bersahabat kental dan sering berpetualang dari satu makam ke makam lainnya bersama: Gus Dur, Gus Miek, Mbah Kiai Burhan, Mbah Kiai Hambali Lasem, dan Mbah Kiai Shobib Jepara.
Nah, sejak 2014, Romo KH. Abu Bakar adalah salah satu kiai yang kerap berziarah dan ziyadhoh ke makam Mbah Kalbakal. Dalam kurun waktu enam bulan, hampir satu minggu atau dua minggu sekali beliau ke makam ini. Biasanya beliau memulai riyadhoh pukul 24.00 sampai menjelang shubuh.
Romo KH. Abu Bakar berkata: “Makam ini adalah makam yang selama ini saya cari-cari. Karena selama puluhan tahun berkelana dari makam ke makam lain di Indonesia, makam ini mempunyai garis nasab yang tertinggi ke Rasulullah SAW.”
Nah, dari hasil riyadhoh yang beliau lakukan diperolehlah sebuah petunjuk bahwa Makam Mbah Kalbakal sejatinya adalah: Sayyid Ali Ridha.
Semenjak itulah kami mulai berani memperkenalkan dan menceritakan Makam Sayyid Ali Ridha kepada publik via medsos. Sebab, hal itu sangat penting dan perlu. Sebagaimana tulis Fariduddin Attar dalam pengantar buku Tadzkiratul Auliya': “Dengan menceritakan para wali, kita memberkahi diri dan tempat sekeliling kita.”
Sebuah hadis menyebutkan bahwa di dunia ini ada sekelompok orang yang amat dekat dengan Allah SWT. Bila mereka tiba di suatu tempat, karena kehadiran mereka, Allah selamatkan tempat itu dari tujuh puluh macam bencana. Para sahabat bertanya, “Ya Rasulallah, siapakah mereka itu dan bagaimana mereka mencapai derajat itu?” Nabi yang mulia menjawab, “Mereka sampai ke tingkat yang tinggi itu bukan karena rajinnya mereka ibadat. Mereka memperoleh kedudukan itu karena dua hal; ketulusan hati mereka dan kedermawanan mereka pada sesama manusia.”
Itulah karakteristik para wali. Mereka adalah orang yang berhati bersih dan senang berkhidmat pada sesamanya. Wali adalah makhluk yang hidup dalam paradigma cinta. Dan, mereka ingin menyebarkan cinta itu pada seluruh makhluk di alam semesta. Fariduddin Attar yakin, bahwa kehadiran para wali akan memberkahi kehidupan kita, baik kehadiran mereka secara jasmaniah maupun kehadiran secara ruhaniah.
Akhir kalam, kami tentu sangat bersyukur, ternyata di desa kami, tepatnya di belakang/barat almamater tercinta kami di Ponpes Tarbiyatul Wathon, Allah menganugerahkan makam salah satu kekasihNya.
Hal ini mengingatkan kami pada goresan Kiai M Faizi dalam puisi bertajuk “Di Maqbarah Tebuireng”: Alangkah bahagia engkau, Tanah / dipilih alim-ulama jadi maqbarah…
___________
Terima kasih pada para tamu peziarah yang tak bisa kami sebut satu persatu. Jazakumullah Khairan Katsiran Wa Jazakumullah Ahsanal Jaza.

Penulis: Ahmad Jauhari, Pengurus Pondok Pesantren Tarbiyatul Wathon